JAKARTA (MS) ‐ Psikolog mencatat ada enam gangguan psikologis tertinggi yang dialami masyarakat sepanjang pandemi COVID-19. Gangguan ini dikarenakan berbagai pembatasan sepanjang penanganan pandemi COVID-19.
Enam gangguan tersebut antara lain hambatan belajar, keluhan stres, keluhan kecemasan, mood swing atau suasana hati yang berubah-ubah, gangguan kecemasan, dan keluhan somatis atau merasakan sakit pada tubuh tanpa diketahui penyebabnya medis.
Catatan ini merupakan hasil pendataan yang dilakukan oleh Ikatan Psikolog Klinis Indonesia yang melakukan pendampingan psikologis gratis sepanjang masa pandemi hingga sekarang.
Psikolog yang tergabung dalam Psikolog Klinis Forensik, Kasandra Putranto mengungkap data ini mencakup 15 ribu pasien yang mereka layani melalui konsultasi online maupun offline tanpa biaya.
“Kami menerima sekitar 15 ribu pasien untuk masalah ini. Dari catatan paling banyak adalah orang dewasa termasuk manula, sekitar 10 ribu, dan anak-anak hingga dewasa sekitar 5 ribuan,” ucap dia dalam talkshow ‘Jiwa Sehat Liburan Aman Covid-19’ bersama #SatgasCovid19 yang disiarkan melalui kanal youtube BNPB pada Sabtu (31/10).
Menurut dia, data ini cukup menarik untuk terus diteliti karena ada fluktuasi permintaan konsultasi. Saat puasa dan lebaran, tidak banyak orang mengalami keluhan, yakni bulan Mei-Juni. Namun keluhan ketika konsultasi kembali meningkat pada akhir Juni hingga Juli.
Kejenuhan atas situasi pandemi menjadi pemicu gangguan psikologis. Apalagi banyak hal diluar kebiasaan yang harus dijalani. Misalnya saja, orang tua yang mendadak menjadi guru dan ahli IT demi mendampingi anak belajar online.
“Atau karena kehilangan pekerjaan, kejenuhan melakukan rutinitas di dalam rumah terus menerus, dan lainnya,” ungkap dia.
Menurut dia mindset orang mengenai aktivitas seluruh kehidupan harus mulai berubah karena pandemi ini. Kondisi gangguan psikologis kemungkinan terjadi karena masalah ini. “Termasuk ketika harus merasa kalau liburan itu ya jalan keluar, kan bisa saja membawa liburan ke rumah,” ucap dia.
Epidemiolog Hadi Pratomo mengungkap memang perubahan perilaku yang mencakup protokol kesehatan belum cukup dipahami masyarakat. Hal ini bisa menjadi beban psikologis.
Protokol kesehatan itu mencakup #ingatpesanibu untuk #pakaimasker, #cucitangan pakai sabun, dan #jagajarak hindari kerumunan.
“Karena selama pandemi ini hal teraman adalah tinggal di rumah, tidak liburan dengan keluar rumah atau keluar kota,” ucap dia. (CNN Indonesia).