Nasib Vaksin Corona RI di Klaim Pfizer Hingga Moderna

JAKARTA (MS) ‐ Dua perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) sudah memamerkan vaksin COVID-19 yang diklaim punya efektivitas di atas 90 persen. Pfizer dan BioNTech mengklaim berhasil uji vaksin 95 persen ampuh lawan virus corona.

Selain Pfizer, ada Moderna yang mengklaim punya kemanjuran 94,5 persen vaksin lawan Covid-19. Terbang ke Eropa, AstraZaneca dan Oxford asal Inggris juga sudah merilis keberhasilan membuat vaksin dengan tingkat 70 persen manjur lawan Covid-19 usai uji fase ke-3.

Lalu bagaimana dengan vaksin buatan Indonesia? Belakangan suara dari warga agar pemerintah Indonesia mengimpor vaksin Pfizer, Moderna atau AstraZeneca menggema. Pasalnya, vaksin Sinovac China yang bekerjasama dengan Bio Farma baru merilis hasil uji fase 2 dan disebut tak transparan dengan perkembangan vaksin.

Kemenristek/BRIN mengklaim kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh lembaga dan institusi pendidikan di dalam negeri masih dalam proses pengembangan.

Staf khusus Menristek Ekoputro Adijayanto mengatakan beberapa kandidat vaksin Covid-19 buatan dalam negeri (vaksin Merah-Putih) itu diharapkan selesai akhir tahun 2021.

Eko membeberkan ada enam pihak yang mengembangkan kandidat vaksin Covid-19. Seluruhnya tergabung dalam Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 di bawah koordinasi Kemenristek/BRIN.

Vaksin pertama yang akan diproduksi pada akhir tahun 2021 adalah kandidat vaksin buatan LBM Eijkman. Eko menjelaskan kandidat vaksin LBM Eijkman menggunakan platform subunit protein recombinant yeast based dan mamalia based.

Dia berkata vaksin itu akan memasuki tahap uji imunogenisitas pada mencit pada bulan Desember 2020. Jika lancar, dia berkata kandidat vaksin berupa seed vaccine akan diserahkan ke Bio Farma untuk dilakukan Uji Praklinik (animal testing) dan dilanjutkan Uji Klinik fase 1, 2, dan 3 yang diperkirakan akan rampung sebelum akhir 2021.

“Dan diharapkan pada akhir 2021, Vaksin Merah Putih sudah dapat dimulai proses produksi massal,” ujar Eko kepada CNNIndonesia.com, Selasa (24/11).

Eko menyampaikan vaksin kedua adalah buatan LIPI yang menggunkan platform Fusi protein recombinant. Progress saat ini diklaim sedang dilakukan kloning plasmid rekombinan ke dalam Escherichia coli.

Dia memperkirakan pada pertengahan 2021 sudah dilakukan pengolahan data, pelaporan, dan draft paten, serta seed vaccine sudah siap untuk dilanjutkan uji pra-klinik dan uji klinik oleh industri farmasi.

Ketiga adalah vaksin buatan UI dengan platform DNA, mRNA, dan virus-like-particles vaccine. Saat ini, vaksin itu sedang dalam tahap uji pra-klinik berupa imunisasi vaksin DNA ke hewan coba dan transkripsi in vitro vaksin RNA.

Diperkirakan pertengahan 2021 telah dibuat sel CHO sebagai pengekspresi vaksin subunit rekombinan dan vaksin VLP untuk kemudian dilanjutkan uji klinik oleh industri farmasi.

Keempat adalah vaksin buatan ITB dengan platform Adenovirus vector. Vaks itu sedang dilakukan sub-kloning ke plasmid. Diperkirakan akhir 2021 telah selesai dilakukan uji imunogenisitas di mencit dan seed vaccine sudah tersedia untuk dilanjutkan uji praklinik dan uji klinik oleh industri farmasi.

Kelima vaksin buatan UGM yang menggunakan platform protein recombinant,. UGM disebut sedang melakukan integrasi DNA sintetik ke dalam vektor plasmid. Diperkirakan tahun 2021 riset dilakukan uji imunogenisitas dilakukan pada hewan model mencit atau tikus.

“Apabila seed vaccine sudah tersedia kemudian dilanjutkan uji klinik oleh industri farmasi,” ujarnya.

Terakhir adalah vaksin buatan Unair dengan platform adenovirus dan adeno-associated virus-based vaccine. Perkembangan saat ini sedang dilakukan tahapan konstruksi vektor adenovirus dan receptor binding domain.

Eko memperkirakan dilakukan produksi synthetic adenovirus dan uji praklinik pada hewan pada bulan Februari 2021.

“Pada pertengahan tahun seed vaccine sudah tersedia untuk dilanjutkan uji klinik oleh industri farmasi, dan vaksin sudah dapat diproduksi pada akhir tahun 2021,” ujar Eko.

Double track
Eko menyampaikan pemerintah mengembangkan vaksin secara double track untuk memenuhi kebutuhan vaksin Indonesia yang sangat besar, yaitu melalui kerjasama luar negeri dan pengembangan dalam negeri sebagai upaya kemandirian bangsa.

Eko berkata Indonesia menempati urutan ke-4 populasi terbesar di dunia dengan penduduk sebanyak lebih dari 270 jiwa. Dengan asumsi bahwa untuk vaksinasi Covid-19 tidak dapat dilakukan hanya sekali vaksinasi maka dibutuhkan sebanyak 540 juta dosis per-tahun untuk seluruh masyarakat Indonesia.

“Ini karena adanya kemungkinan vaksin Covid-19 dari manapun sumbernya tidak akan bisa bertahan seumur hidup. Tentunya ini berarti kebutuhan vaksin kita sangat besar. Jadi, upaya pengembangan secara mandiri adalah hal yang mutlak,” ujar Eko.

Di sisi lain, Eko menyampaikan vaksin hasil kerjasama luar negeri atau vaksin Merah-Putih harus mengutamakan safety. Untuk vaksin Merah-Putih, dia berkata faktor efficacy berupa kecocokan atau kemanjuran juga hal yang diutamakan mengingat pengembangannya menggunakan isolat virus dari dalam negeri juga.

“Jadi, tidak perlu khawatir, semua vaksin yang akan diberikan nantinya pasti sudah memenuhi standar keamanan dan efikasi atau sudah dinyatakan aman dan manjur. Aman dalam pengertian tidak ada efek samping yang serius dan manjur dalam pengertian cocok untuk meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap Covid-19,” ujarnya. (CNN Indonesia).

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed