
(Feature) Sutan S
Pandemi COVID-19 telah memukul semua sektor kehidupan. Bukan saja kesehatan manusia yang diancamnya, juga kehidupan sosial ekonomi. Kalau dulu bisa bersilaturahmi tanpa jarak, kini harus physical dan social distancing. Ekonomi juga terdampak luas, antara lain kehilangan pekerjaan dan berkurangnya pendapatan.
Disamping itu, banyak usaha yang tutup terdampak COVID-19, satu contoh usaha kantin /warung di sekolah praktis tutup total dampak dari dihentikannya kegiatan belajar mengajar akibat makin merebaknya COVID-19.
Akibat pandemi COVID-19 itu juga dirasakan secara luas masyarakat Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Pada pertengahan Juni 2020, Kabupaten Batubara masih berstatus zona hijau. Namun, karena masih kurangnya kepercayaan dan kesadaran masyarakat akan adanya virus corona yang mematikan itu hingga banyak warga yang abai mematuhi protokol kesehatan (3M) diantaranya, tidak memakai masker saat beraktivitas di luar rumah.
Kabupaten Batubara menjadi zona merah setelah jurubicara Satgas COVID-19, drg Wahid Khusyairi pada 21 Juli 2020 merilis sudah 21 orang warga Kabupaten Batubara yang terkonfirmasi positif COVID-19 meski belum ada yang meninggal dunia.
Mengantipasi virus mematikan itu tidak semakin berkembang Pemkab Batubara bersama Polres Batubara dan aparat TNI melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 ditandai pelaksanaan berbagai kegiatan, mulai dari operasi yustisi, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), penyemprotan disinpektan dan penyuntikan vaksin COVID-19.
Para tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemuda juga turut berperan serta dalam pencegahan penyebaran COVID-19. Pemkab Batubara, Polres Batubara dan TNI sebagai garda terdepan memberikan edukasi dan himbauan kepada masyarakat Kabupaten Batubara agar menjaga kesehatan, hidup bersih, mengkonsumsi vitamin dan minuman herbal untuk meningkatkan imun tubuh, mematuhi protokol kesehatan 5 M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi aktibilitas. Dan masyarakat harus tetap waspada dan tetap menjaga kekebalan tubuh.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga stamina kita tetap kuat, salah satunya dengan berolahraga, berjemur di pagi hari, makan makanan bergizi atau mengkonsumsi minuman tradisional nusantara.
Di Indonesia banyak sekali minuman tradisional yang bisa menjaga daya tahan tubuh kita. Rempah – rempah yang sering ada disekitar kita seperti jahe, serai, kayu manis, kapulaga dan lain sebagainya.
Bahan olahan racikan tradisional ini bisa menjadi bahan alternatif utama untuk memperkuat daya tahan tubuh kita.
Seiring kemajuan zaman, kini tak perlu susah payah meracik sendiri di rumah karena sudah disajikan dan tinggal menyeduh air panas sesuai selera.
Salah satu diantaranya, minuman warisan leluhur ‘Joeli’ diproduksi UD Sinar Baru di Kelurahan Limapuluh Kota kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, mensajikan tiga produk unggulan #Bandrek Jahe, #Kunyit Asam dan #Temu Lawak.
“Minumanya bisa dicampur susu cair, susu bubuk, maupun madu. Silahkan disesuaikan selera penikmatnya,” kata Ayu Armiati (32) atau yang akrab disapa Joeli kepada wartawan di rumahnya, Rabu (23/6/21)
UMKM Anak Negeri
Krisis ekonomi di tengah pandemi COVID-19, tak menyurutkan langkah para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk lebih eksis ke depan. Selain dituntut kegigihan dalam beriwirausaha, juga harus kreatif dan inovatif dalam mengemas serta memasarkan produk yang dihasilkan.
Hal inilah yang ditekuni UD Sinar Baru asal Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara (Sumut) yang memproduksi minuman herbal merek ‘Joeli’ . Sejak berdiri awal tahun 2021, Joeli sudah memproduksi dua produk unggulan, Kunyit Asam dan Bandrek Jahe.
Owner Joeli, Bari (33) didampingi istrinya Ayu Arimati mengatakan, membangun UKM di tengah COVID-19 merupakan salah satu tantangan yang harus dijalani.
“Sebenarnya usaha ini sudah dijalani sejak tahun 2020, namun karena harus mengikuti pengujian dan perizinan dari instansi terkait sehingga harus beredar awal Januari 2021,” kata Bari, dalam bincang – bincang bersama mimbarsumut.com, Rabu (23/6/21) kemarin.
Ide usaha Bandrek Jahe dan Kunyit Asam, sambung Bari, tak lepas dari banyaknya bahan baku di desa – desa di Kabupaten Batubara. “Untuk bahan baku sendiri kami tidak kesulitan, semua ada di sekeliling kita. Yang penting kita mau bekerja dan berusaha,” kata Bari, sembari tersenyum.
Walaupun masih pemula di UKM, lulusan sarjana ilmu politik ini, tak mau kalah dengan hal higienis. Kedua produknya, bandrek jahe dan kunyit asam bahkan sudah diuji di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan (Baristand Industri Medan) serta mendapatkan izin PIRT Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Batubara.
“Walaupun produk kita masih kecil, namun perizinan ini sangat penting dalam bidang usaha. Dengan adanya izin ini, produk Joeli semakin matang menembus pasar modern,” katanya.
Di Batubara sendiri, Bandrek Jahe dan Kunyit Asam Joeli kemasan botol 200 ml sudah menembus pasar – pasar tradisionil maupun warung-warung dan cafe melalui sales – sales roda dua.
“Untuk 200 ml harga jual pasaran Rp 25 ribu untuk takaran 9 hingga 10 gelas,” terangnya.
Untuk rasa, Joeli berani jamin. “Silahkan dicoba sendiri, yang pasti, harga sesuai rasa,” kata Ayu Armiati atau yang akrab dipanggil Joeli alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menimpali perbincangan.
Optimistis ini ternyata sudah diakui beberapa cafe resto di Kabupaten Batubara dan di luar Batubara, seperti Jakarta, Batam, Tebingtinggi dan Kota Medan. “Mereka yang pesan sebelumnya sudah menjual produk yang sama dengan merek yang berbeda. Mereka akui produk Batubara Joeli pedas jahenya begitu terasa, termasuk juga kunyitnya,” katanya sembari menambahkan produk Joeli dijamin tidak mengandung bahan kimia.
Untuk tahap awal, UD.Sinar Baru setiap harinya baru mampu memenuhi 20 kilogram atau 100 botol. Minimnya produksi tak lepas dari proses pengerjaan yang masih dilakukan secara manual.
“Keterbatasan modal, jika semua dikerjakan secara modern produksi bisa dikebut sesuai permintaan pasar ,” ujarnya.
Kelak sambung Bari, UD. Sinar Baru akan memenuhi permintaan pasar untuk kemasan saset, namun tentunya hal ini kembali kependanaan karena untuk kebutuhan mesin saset harganya mencapai puluhan juta rupiah.
“Untuk mesin saset butuh modal besar. Namun itu harus kita capai, karena pasarnya jelas,” ujar Bari bersemangat yang dalam waktu dekat akan meluncurkan produk Temu Lawak.
Selain memasarkan produk, UD. Sinar Baru juga mengedukasi warga desa untuk gemar menanam jahe, kunyit dan temu lawak. “Kita siapkan bibitnya, warga hanya memanfaatkan lahan perkarangan rumah dan tanah kosong lainnya, hasilnya nanti kita beli kembali,” janji Bari
Dengan begitu maka pihaknya secara tak langsung mengajak warga meningkatkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan perkarangan rumah, perladangan dengan bercocok tanam bahan baku.
Pengamatan wartawan, sudah banyak warga yang mulai menanam bibit jahe, kunyit dan temu lawak.Ini karena hasil panenen nantinya sudah ada yang menampung. Bertanam jahe, kunyit dan temu lawak baik di tanah pekarangan rumah maupun perladangan diharapkan akan dapat menjadi tambahan pengahasilan ditengah pandemi yang belum bisa dipradiksi kapan akan berakhir
“Bagi yang ingin merasakan kehangatan produk “Joeli” bisa menghubungi langsung via WhatsAap di 0851-5966-8171 atau email:ukm50batubara@gmail,com atau FB SinarBaru Joeli dan pesanan dikirim dengan aman hingga di tujuan,” terang Bai memastikan.