Intip Harapan Peserta Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024

UMUM134 views

Sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi peserta Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024 menyampaikan antusiasmenya dalam hal peningkatan kemampuan pemasaran online dan memperluas akses pasar. Pelaku UMKM meminta pendampingan melalui program ini berkesinambungan agar dapat terus berlanjut.

BANDUNG – Sejumlah pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) yang menjadi peserta Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024 menyampaikan
antusiasmenya dalam hal peningkatan kemampuan pemasaran online dan memperluas
akses pasar. Pelaku UMKM meminta pendampingan melalui program ini
berkesinambungan agar dapat terus berlanjut.

Program
ini diinisiasi oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna), melalui program
pemberdayaan UMKM bertajuk Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) di
bawah Payung Program Keberlanjutan “Sampoerna Untuk Indonesia”, bersama Yayasan
Inovasi Teknologi Indonesia (INOTEK), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN),
serta dengan menggandeng pemerintah provinsi serta kabupaten/kota di DKI
Jakarta dan Jawa Barat.

Peluncuran
Program UMKM Untuk Indonesia untuk Transformasi Digital 2024 telah dilakukan
pada Kamis 22 Februari 2024 yang dilakukan secara hybrid serentak
di Kota Bandung, Kota Cirebon, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bogor.

Sebagai informasi, Program UMKM Untuk Indonesia untuk
Transformasi Digital 2024 merupakan program pendampingan agar UMKM naik kelas
melalui digitalisasi dengan menyasar 1.000 UMKM di wilayah Jawa Barat dan DKI
Jakarta.

Lia Amalia, pemilik usaha Crispy
Mushroom asal Cirebon mengatakan, pendampingan UMKM sangat penting karena mereka
butuh bantuan mitra yang bisa mengarahkan dan memberikan ide baru agar usaha
bisa lebih berkembang.

“Saya harap program bersama
Sampoerna ini ada kelanjutannya sampai pada business
matching
untuk akses pasar. Yang paling dibutuhkan UMKM itu kan market
dan pembiayaan. Tapi terutama marketnya, sehingga saya ikut ini ada hasilnya,’
ujarnya.

Lia menuturkan usaha Crispy
Mushroom lahir dari kepedulian kepada para petani jamur yang kesulitan menjual
hasil panen. Padahal jamur memiliki karakteristik mudah hancur kalau tidak
lekas diolah.

“Saya awalnya petani jamur. Saya
kemudian coba membuat jamur crispy pada
2014. Anak saya kemudian membawa jamur itu ke sekolahnya. Tiap hari habis,
teman-temannya suka. Dari situ mulainya,” paparnya.

Lia butuh waktu panjang dan
serangkaian uji coba untuk menghasilkan produk olahan jamur yang diterima di
pasar. Untuk mengasah kemampuan, Lia juga aktif mengikuti sejumlah pelatihan
UMKM.

Sejalan dengan itu, aspek legalitas
usaha juga dibereskan mulai dari sertifikat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
sertifikat halal, dan lainnya. Ketekunannya pun berbuah manis. Crispy Mushroom
telah memulai ekspor olahan jamur ke Australia dan kaldu jamur ke Oman pada
2023 lalu.

“Melalui Disperindag dan kurasi di
Provinsi Jawa Barat, kami terpilih untuk ikut Indonesia Trade Expo 2023 dari
Kemendag. Di situ alhamdulilah dapat kesempatan untuk ekspor,” jelasnya.

Terpisah, Leni Mariyani pemilik
UMKM Dakey House berharap Program UMKM Untuk Indonesia 2024 untuk Transformasi
Digital 2024 menjadi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan kapabilitas,
khususnya optimalisasi penjualan online.

“Kami berharap program ini membantu
bisnis kami berkembang. Sejauh ini kami mengandalkan pameran. Penjualan online
sudah dicoba tapi belum optimal sehingga berharap program ini bisa
mengakselerasi, kami bisa lebih optimal,” katanya.

Dakey House merupakan usaha yang
memanfaatkan bahan baku kelapa yang diolah menjadi sejumlah produk seperti
media tanam hingga kerajinan. Usaha ini dirintis sejak 2021 karena melihat
banyak limbah kelapa di Subang yang tidak diolah.

Ingin Melek Teknologi Digital

Kebutuhan untuk mendalami pemasaran
online, khususnya melalui lokapasar (marketplace),
juga disuarakan Monica, pemilik usaha Madu Non Pasteurisasi asal Karawang.
Produk madu non pasteurisasi sudah tersedia di marketplace tetapi dinilai belum optimal.

“Ketika ada program ini saya
antusias. Ada coaching dan kami
ditanya apa yang belum kami lakukan, dan kelemahan kami. Kami merasa ada
kebutuhan untuk lebih memahami pemasaran online,” katanya.

Monica menjelaskan madu non
pasteurisasi berarti madu tanpa proses pemanasan sehingga tidak ada zat yang
hilang. Usaha yang dirintis sejak 2020 ini kini telah berkembang dengan
memiliki 9 produk madu dengan sejumlah varian dan ukuran kemasan.

Dia melanjutkan madu sachet dan madu botol menjadi produk
yang paling diminati. Saat ini, madu botol telah masuk ke sejumlah koperasi di
Bandung.

Selain aktif mengembangkan usaha
madu, Monica juga terbuka untuk membantu UMKM yang hendak mengurus sertifikasi
BPOM. Ia punya mimpi membawa produk madu sachet non pasteurisasi bisa
menembus pasar ekspor.

“Saya punya banyak harapan. Saya
ingin ikut pameran, bisa ekspor madu sachet
dan produk madu kami dikenal di seluruh Indonesia,” katanya.

Senada, Evi Rumondang, pemilik
usaha Errumo Personal Care mengatakan butuh pendampingan lebih untuk
meningkatkan penjualan. Dengan karakter essential
oil
yang memiliki pasar sangat niche,
Evi berharap dapat belajar banyak hal melalui Program UMKM Untuk Indonesia
untuk Transformasi Digital 2024.

Ia optimistis produk essential
oil
Errumo punya peluang besar. Pasalnya, sejumlah konsumen yang pernah
mencoba produknya, rutin melakukan pemesanan kembali karena mengaku mendapatkan
manfaat.

“Biasanya pembeli dari pameran
atau offline. Ketika mereka merasakan manfaat, mereka kemudian memesan
secara online,” katanya.

Evi melanjutkan, Indonesia memiliki
banyak bahan baku essential oil seperti serai, cengkih dan lainnya. Hal
itu membuat Errumo dapat memproduksi essential
oil
yang lebih murah dibandingkan merek lain khususnya dari luar negeri.

Saat ini Errumo Personal Care telah
memiliki lebih dari 10 varian produk dengan produk yang paling laris ialah
garam untuk berendam dan essential oil. Pembeli produk Errumo Personal
Care, kata Evi, umumnya karyawan dengan rentang usia di atas 25 tahun.

“Saya sangat berterima kasih
bisa ikut dalam program dari Sampoerna, INOTEK, dan Kabupaten Bogor karena
dibukakan jalan ke mana harus bertanya. Saya berharap pendampingan UMKM ini dilanjutkan,
karena banyak produk UMKM yang bagus tetapi juga alami kesulitan khususnya
untuk branding,” imbuhnya.

Print Friendly, PDF & Email

News Feed