Membangun jejaring dan komunitas memainkan peran penting bagi pelaku UMKM agar naik kelas hingga bisa ekspor. Lewat jejaring dan komunitas, pelaku UMKM dapat saling berbagi tips dan trik guna mengakselerasi pertumbuhan usaha yang dibangun.
JAKARTA – Membangun jejaring dan komunitas memainkan
peran penting bagi pelaku UMKM agar naik kelas hingga bisa ekspor. Lewat
jejaring dan komunitas, pelaku UMKM dapat saling berbagi tips dan trik guna
mengakselerasi pertumbuhan usaha yang dibangun.
Manfaat
jejaring dan komunitas itu dialami oleh sejumlah pelaku UMKM tergabung dalam
Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC), program pendampingan dan
pelatihan UMKM yang diinisiasi oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) di bawah
payung “Sampoerna Untuk Indonesia”.
Hal itu
terungkap dalam acara “Bincang Wirausaha Nasional, Komunitas dan
Jejaring: Dapatkah Mendukung Akselerasi Pasar Wirausaha di Kancah Global?”
di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM, Selasa (30/4/2024).
Staf Khusus
Presiden RI bidang Inovasi, Pendidikan, dan Daerah Terluar, Billy Mambrasar, mengatakan
bahwa penyelamat ekonomi Indonesia tetap bertumbuh di tengah krisis keuangan
global ialah sinergitas UMKM.
“Kita punya pasar, kita punya supply
dan demand. Yang menjadi PR ialah
banyak pasar dan potensi ekspor internasional yang belum terisi oleh UMKM. Kegiatan
seperti pendampingan UMKM, sharing
session, berbagi tips and trick,
hingga upaya membuka akses permodalan dan pasar harus terus ditingkatkan guna
membantu UMKM Indonesia naik kelas dan menjadi eksportir,” ujarnya.
Upaya membuka akses pasar merupakan dukungan yang sangat
dibutuhkan oleh UMKM. Hal ini disampaikan oleh Aang Permana, CEO Sipetek, yang mengatakan,
salah satu kendala pelaku UMKM ialah bagaimana menjual atau memasarkan produk.
Jika mengikuti pelatihan atau kelas, pelaku UMKM mendapatkan ilmu tetapi
mempraktikan pelatihan adalah perkara lain.
“Kalau bergabung di komunitas, kita bisa berkolaborasi, bisa
langsung belajar dari sesama UMKM. Masalah jualan, kita bisa belajar dari
mereka yang sudah berhasil,”ujarnya.
Adapun, Sipetek adalah brand produk olahan ikan dan lauk makan
praktis yang memanfaatkan potensi komoditas lokal untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa.
Sipetek lahir dari keinginan Aang untuk lebih bermanfaat bagi
masyarakat di desa, khususnya di Cianjur, Jawa Barat. Sipetek kini memiliki
total 20.000 reseller di seluruh Indonesia.
Ketika merintis usaha Sipetek pada 2014, Aang mengaku tidak punya
banyak pengetahuan terkait merintis UMKM. Perkenalan dengan SETC dan INOTEK
pada 2016, lanjutnya, menjadi titik awal pertumbuhan usaha Sipetek.
“Saya dapat pelatihan, coaching dan yang paling
penting ialah jejaring sesama UMKM. Masalah yang saya hadapi, saya bisa
menemukan di UMKM lain,” tambahnya.
Sebagai informasi, SETC adalah program pelatihan kewirausahaan
terintegrasi yang hadir sejak 2007. SETC memiliki fasilitas pelatihan sebagai
sarana pendukung yang berdiri di lahan seluas 27 hektare (ha) di Pasuruan, Jawa
Timur, SETC aktif memberikan pelatihan terpadu kewirausahaan mulai dari soft skill hingga hard skill guna meningkatkan kapasitas dan membantu UMKM semakin
maju.
SETC telah memberikan pelatihan kepada lebih 72.000 peserta dari
seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2023. Selain pelatihan, SETC juga
memfasilitasi riset terapan, pendampingan dan jejaring pasar, konsultasi usaha,
serta jejaring UMKM.
Aang melanjutkan, bertolak dari kepedulian dan kesadaran untuk
tumbuh bersama, Sipetek kemudian bekerja sama dengan mitra UMKM di sekitar
lokasi produksi. Saat ini, Sipetek telah bekerja sama dengan 40 mitra UMKM
untuk produksi dan pemasaran produk.
Kerja sama itu lahir karena Sipetek bisa mengoptimalkan penjualan
secara daring (online), khususnya pada periode pandemi di mana banyak UMKM yang
gulung tikar. Saat ini, penjualan Sipetek justru meningkat pesat.
Alih-alih berinvestasi menambah fasilitas produksi, Aang memilih
memberdayakan UMKM yang bangkrut sebagai mitra. Tambah lagi, banyak pelaku UMKM,
khususnya para ibu-ibu, kesulitan untuk belajar dan mempraktikan penjualan
secara daring.
“Saya pernah kasih pelatihan 2 jam, tapi ada yang tidak bisa buat
akun Facebook. Mereka bilang bagaimana kalau Sipetek yang jualan, saya buat
produk saja. Saya sampaikan silakan buat produk yang enak, Sipetek bantu
pasarkan,” jelasnya.
Pengalaman serupa diutarakan Ismiyati, CEO Super Roti, UMKM asal
Semarang, Jawa Tengah. Menurutnya, komunitas dan jejaring sangat penting untuk
bisa saling belajar guna saling membantu termasuk untuk meningkatkan kualitas
produk. Super Roti juga merupakan salah satu UMKM binaan SETC sejak 2015 lalu.
“Saya ini basic-nya
dari komunitas. Komunitas itu saling bergandeng tangan untuk membesarkan bukan
saling menjegal,” ujarnya.
Adapun, Super Roti memproduksi roti dengan bahan dasar bekatul.
Ismiyati mendirikan Super Roti pada 2011 karena ingin punya usaha dan memiliki
hobi membuat roti. Lewat kreativitas, ketekunan dan kegigihan, Super Roti
baru-baru ini menjadi juara B2B Birthday Bread Competition 2023 di Paris, Perancis.
“Saya
sangat merasakan dukungan dari SETC sehingga ketika ke Paris, saya juga membawa
produk teman-teman SETC lainnya seperti Cokelatin dan madu dari Imago Raw Honey
untuk saya perkenalkan di sana,” paparnya.
Saat ini,
produk Super Roti telah diekspor ke Singapura, Belanda dan Belgia. Ismiyati
berharap negara tujuan ekspor Super Roti dapat terus bertambah ke depan.
Untuk itu,
dirinya mengaku tidak berhenti belajar untuk memahami kebutuhan pasar di negara
tujuan ekspor. Selain itu, memahami standar regulasi di negara tujuan ekspor
juga sangat penting.
Menurutnya,
para pelaku UMKM tidak perlu buru-buru untuk ekspor. Penguatan usaha seperti
kapasitas produksi, memiliki katalog dalam bahasa inggris, memahami biaya
produksi, promosi dan selisih kurs menjadi langkah pertama yang perlu
dipelajari.
“Ketika
saya mencoba ekspor ke Malaysia, ternyata orang di sana butuh cemilan yang
kecil-kecil sebagai teman ngopi. Jadi konsepnya bukan oleh-oleh tetapi yang
bisa dimakan setiap hari. Saya percaya tidak ada produk yang tidak laku, hanya
ada produk yang salah pasar,” imbuhnya.
Riset Pasar: Know
Your Product, Know Your Market
Ira
Damayanti, Indonesian Diaspora SME-SMI Export Empowerment and Development (ID
SEED) menambahkan, kunci produk UMKM Indonesia bisa ekspor ialah know your product, know your market.
Pasalnya, tidak semua produk bisa diekspor dan setiap negara punya kebutuhan
dan regulasi yang berbeda.
“Produk
yang masuk ke pasar Asia, belum tentu cocok untuk pasar Amerika, belum tentu
cocok untuk pasar Eropa. Kita harus riset pasar dulu berdasarkan produk yang
kita punya,” tegasnya.
Ira
menjelaskan, warga diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara biasanya
lebih mengetahui selera masyarakat negara tempat berdomisili. Selain itu,
komunitas diaspora juga bisa membantu mempromosikan produk kepada kenalan di
negaranya masing-masing.
Dia
menambahkan untuk bisa ekspor, pelaku UMKM minimal harus memenuhi 5K dan 2S
yakni kualitas, kuantitas, kapasitas produksi, kontinuitas bahan baku, kemasan,
standarisasi, dan sertifikasi.
“Kalau 5K dan
2S dipenuhi baru kita pede. Kemasan
di sini dan di Belanda beda, di Amerika beda. Jadi kita enggak bisa mau ekspor
ke mana? Ke mana aja. Karena regulasi, labeling tiap negara berbeda-beda,”
paparnya.
Ira
menambahkan jika produk UMKM lebih cocok untuk pasar dalam negeri jangan
berkecil hati. Pasalnya, pasar domestik juga sangat besar, sementara ekspor
butuh banyak syarat yang harus dipenuhi.
“Kalau
produk Anda cuannya lebih banyak di dalam negeri, mari kita banjiri pasar
daripada produk luar (negeri) yang masuk. Produk standar global iya, tapi
ketika ekspor kita harus rajin riset pasar,” imbuhnya.