Kenapa Harga Tanaman Porang Mahal? Ini 6 Alasannya Menurut Pakar IPB

EKBIS, NASIONAL27 views
Bibit tanaman Porang berupa umbinya siap di tanam di kebun milik anggota DPRD Manggarai Timur, Vinsensius Reamur, Jumat, (16/4/2021). (KOMPAS.com/DOK-Vinsensius Reamur)(KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR)

JAKARTA (MS) — Tanaman porang akhir-akhir ini semakin ramai diperbincangkan karena memiliki harga jual yang tinggi atau mahal, meski perawatannya terbilang cukup mudah.

Lantas, kenapa harga porang mahal dan apa alasannya?

Menurut Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Edi Santosa S.P M.Si, petani saat ini memang sangat memanfaatkan momentum harga mahal dari penjualan tanaman porang ini.

“Ya ini karena penggunaannya sangat luas itu, jadi (harga porang) relatif mahal,” kata Edi kepada Kompas.com, Sabtu (4/4/2021).

“Karena penggunaannya luas, barang itu (tanaman porang) banyak dicari orang,” imbuhnya.

Menurut Edi, penggunaan dan potensi tanaman porang ini memang cukup besar baik dari aspek medis, sosial, hingga ekonomi.

Berikut beberapa sifat yang ada di umbi porang (Amorphhophallus muelleri) dan menjadi alasan kenapa harga tanaman porang sangat mahal dibandingkan jenis tanaman umbi-umbi lainnya.

1. Bagus untuk diet

 

Alasan pertama mengapa tanaman porang dijual dengan harga mahal adalah karena di dalam umbi porang, terkandung karbohidrat glukomanan.

Glukomanan adalah nutrisi yang termasuk karbohidrat rantai panjang. Artinya, saat dimakan karbohidrat tersebut tidak mudah dicerna dengan baik.

“Karena sifatnya (tanaman porang) tidak dicerna dengan baik, maka kalau kita itu ingin diet, itu berarti banyak-banyak makan Porang,” ujarnya.

2. Netralitas tinggi

Selain bisa digunakan atau sangat baik untuk program diet, kandungan karbohidrat glukomanan bisa dicampur dengan makanan apa saja.

“Makanya, porang ini dicampur dengan gula cocok, dicampur garam cocok, dicampur sayur di rajang-rajang (dipotong-potong), dicampur air bersih cocok, air kotor apalagi,” kata dia.

Tidak hanya bahan pangan, ternyata tanaman porang juga cocok untuk dicampur bahan-bahan medis dan juga industri.

“Jadi netralitasnya sangat tinggi. Memiliki netralitas yang sangat tinggi, sehingga bahan itu bisa dipakai di mana saja, untuk apa saja,” ucap dia.

3. Manfaat kesehatan lain dari Porang

Selain bermanfaat untuk diet, senyawa glukomanan ini dinilai dapat menjadi sumber bahan pangan yang sehat.

Sebab, bisa menurunkan kadar kolesterol, menurunkan kadar gula darah, mencegah kanker, dan mengatasi sembelit.

Tidak hanya itu, mengutip web Balai Penelitian tanaman Aneka Kacang dan Umbi, kandungan senyawa pada tanaman porang kaya akan karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, kristal, kalsium oksalat, alkaloid, dan serat pangan.

4. Bisa membentuk lapisan tipis negatif  film

Porang bisa membuat lapisan negatif film yang sangat tipis dan bahkan kedap air, serta transparan.

Bahkan, ditambahkan Edi, meskipun belum dirilis ataupun dinyatakan kebenarannya, tetapi dipercaya dahulunya Porang digunakan untuk membuat bagian-bagian kedap air di pesawat terbang.

Namun, mengenai hal ini masih memerlukan riset lanjutan tentang kebenarannya.

5. Bisa mengembang 100-200 kali bentuk aslinya

Hal ini pernah dilakukan oleh Prof Edi saat ini mencoba membuat makanan jenang dari bahan glukomanan jenis Amorphopalus lainnya yaitu A. Konjac.

Ia membuat 2 sendok teh Konjac yang dimasukkannya ke dalam 10 liter air.

“Itu 10 liter air jadi kental semua itu. Jadi padat itu loh,” ucap dia.

Alhasil, pembuatan pangan dari Porang diyakini sangat mungkin memenuhi kebutuhan pangan dengan bahan yang relatif sedikit.

6. Campuran filer (pelapis) obat

Dengan sifat Porang yang bisa mengembang sekitar 100-200 kali tersebut, Edi berkata, maka daripada itu, Porang ini seringkali dijaidkan tembahan untuk filer obat.

Filer obat yang dimaksudkan adalah bahan tambahan dalam obat yang dipergunakan untuk dapat menyebar luaskan obat saat dikonsumsi manusia.

“Jika dijadikan pengisi (obat) maka penyebaran (obat) bisa sangat cepat mengembang,” kata dia.(KOMPAS.com).

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed