Apa kabar dipenghujung tahun 2020 ini ? Semoga saudara, sahabat, kolega masih dalam keadaan sehat sampai hari ini. Itu harapan kita bersama.
Awal tahun 2020, Januari dan Feruari begitu semangatnya menjalankan rutinitas dimana kita bekerja, belajar dan aktivitas lainnya, banyak program dalam diri untuk meningkatkan hasil kerja yang akan ditempuh.
Namun, dibulan Maret Wabah COVID-19, kita tidak pernah membayangkan sebelumnya akan terjadi wabah yang berdampak pada setiap sisi kehidupan kita. Interaksi sosial sebagian besar dilakukan secara virtual.
Pandemi ini telah memunculkan kebiasan – kebiasaan baru yang melompati apa yang biasanya kita lakukan. Banyak hal yang dulu dengan leluasa kita lakukan, saat ini sudah tidak dapat lagi kita lakukan. Hari Keagamaan Hari Raya Idul Fitri 1441 H dan juga Hari Natal bahkan tahun baru dengan suasana yang berbeda. Biasanya pada hari-hari ini, pasar dan pusat perbelanjaan penuh sesak orang berbelanja menyambut lebaran dan natal. Layar kaca kita dihiasi dengan berita -berita kepadatan arus mudik. Berita Natal dimana – mana. Itu dulu dan menjadi bagian cerita kita, saat ini sungguh berbeda.
Selamat datang “KEHIDUPAN BARU” dan mau tidak mau kita dipaksa untuk beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang bisa jadi merupakan norma baru dalam kehidupan kita. Bekerja, belajar, dan beribadah dilakukan di rumah. Kita mulai terbiasa mencuci tangan, menggunakan masker pada saat akan memasuki kantor atau pertokoan, yang sebagian besar telah menyediakan perlengkapannya berikut cek suhu tubuh. Pembatasan jarak saat berinteraksi dengan sesama. Penggunaan masker menjadi hal yang wajib kita lakukan apabila akan ke luar rumah. Virus ini telah mendorong kita untuk lebih peduli dengan kebersihan dan memaksa kita untuk mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penyebarannya.
Hal ini menunjukkan bahwa virus COVID- 19 telah mengubah cara hidup kita dan pertanyaan kapan pandemi COVID 19 akan berakhir ? Hingga saat ini belum ada jawaban dan kepastiannya. Kita tentu tidak akan menunggu COVID- 19 untuk dapat beraktivitas kembali.
Menarik kata – kata motivasi William Arthurd Word, “ORANG YANG PESIMISTIS KOMPLAIN TENTANG ANGIN, SEORANG YANG OPTIMIS BERHARAP ANGIN UNTUK BERUBAH, SEORANG REALISTIS MENYESUAIKAN LAYAR.” Kita tentu menginginkan COVID 19 berakhir agar kita dapat hidup normal lagi walaupun tidak akan sama dengan hidup kita sebelum virus ini muncul.
Inilah momentum kita untuk beradaptasi dengan cara hidup baru sehingga dapat melewati pandemi yang telah menyebar secara global. Perubahan hidup memang menyakitkan dan seringkali membuat kita tidak nyaman karena perubahan ini berjalan dengan cepat dan mengagetkan. Namun masalah ini tentu harus kita sikapi dengan sabar, terus belajar, berpikir positif dan beradaptasi dengan perubahan. Kita terpilih untuk melalui episode hidup ini.
Perubahan Perilaku
Dunia memang mengalami goncangan dan risiko ketidakpastian semakin besar. Cara mensikapi akan menjadi perhatian agar kita tetap bertahan di masa pandemi sehingga akan memunculkan perilaku dan kebiasaan baru. Belajar dan bekerja dilakukan di rumah sehingga interaksi dilakukan melalui zoom. Kita tidak pernah membayangkan hari-hari dilalui dengan interaksi secara virtual. Anak-anak melakukan belajar secara online, dan mungkin mereka sudah kangen dapat bermain bersama dengan teman -temannya. Kita sekarang begitu familiar dan dipaksa untuk beradaptasi dengan rapat – rapat atau pelatihan yang dilakukan melalui zoom. Bisa jadi hal ini akan memunculkan generasi virtual.
Kita memahami saat ini untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar dilakukan melalui pemesanan secara online. Dengan memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus maka transaksi-transaksi yang kita lakukan akan cenderung lebih banyak dilakukan secara online. Kita juga menjadi saksi bagaimana rumah makan, warung-warung kopi, cafe-cafe yang menawarkan kenyamanan untuk bersosialisasi sudah tidak memungkinkan lagi dijalankan. Perilaku masyarakat telah berubah dengan menjaga jarak, mengurangi kontak dan membeli sebatas pembelian dibawa pulang sehingga konsumsi yang dilakukan lebih mengarah ke pembelian sesuai kebutuhan sehari-hari dan kenyamanan tempat sudah tidak relevan lagi.
Kemampuan Beradaptasi.
Namun tentu kita juga harus mulai berfikir untuk memulai kehidupan baru dengan cara – cara baru. Kita harus mulai melakukan perubahan dengan kreatifitas dan kegigihan untuk membuat cara – cara yang dilakukan relevan dengan perubahan yang terjadi.
1. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah
Di masa pandemi ini, kita dituntut untuk mampu memahami masalah yang saat ini sedang dialami dan memunculkan perspektif baru dengan kemampuan mengkoneksikan satu informasi dengan informasi lainnya dan menemukan solusi yang tepat untuk memulai “kehidupan baru”. Kita dituntut memilah informasi yang ada terutama di era digital saat ini. Selanjutnya memahami dan membuat opsi-opsi, menganalisis dan menyelesaikan masalah yang saat ini kita hadapi.
2. Kreativitas dan Inovasi
Di “kehidupan baru” kita dituntut mampu mengembangkan gagasan baru, bersikap responsif dan menerima secara terbuka terhadap perspektif yang baru dan berbeda karena adanya pandemi ini. Cara-cara lama sudah tidak relevan lagi untuk kita pertahankan, karena itu kita dituntut mewujudkan ide-ide baru dan inovasi baru. Perubahan mendasar telah dialami oleh semua orang dan di era digital saat ini, maka inovasi yang terkait teknologi akan sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan hidup setiap orang. Karena itu, wabah ini dapat menjadi pendorong munculnya ide-ide atau teknologi baru.
3. Kolaborasi
Kita dituntut untuk bersinergi, bekerja sama secara produktif dengan pihak lain, beradaptasi dalam berbagai tanggung jawab dan peran, menghormati perspektif yang berbeda serta menempatkan empati di saat melewati masa-masa sulit penuh tantangan ini. Kolaborasi ini akan memunculkan lebih banyak kelebihan yang dapat dikapitalisasi sehingga memunculkan keunggulan kompetitif. Bukan saatnya lagi kita saling mengalahkan atau menaklukkan, namun saatnya kita bekerjasama, kolaborasi dan sinergi guna meraih tujuan bersama.
4. Komunikasi
Kita juga dituntut mampu mengkomunikasikan informasi – informasi yang ada agar pesan kita dapat diterima dan dimengerti oleh pihak lain. Di masa pandemi ini, komunikasi kita banyak yang dilakukan secara virtual dan tanpa komunikasi secara langsung. Kita tentu tidak mampu memahami secara jelas bahasa tubuh dari masing-masing pihak. Kita tentu juga harus menunjukkan empati dalam berkomunikasi. Karena itu, dalam komunikasi di saat-saat sekarang ini harus jelas, transparan dan rinci sehingga dapat tersampaikan dengan baik dan tidak salah persepsi
Laporan : Jon Piter Napitupulu