JAKARTA (mimbarsumut.com) – Panel Survei Indonesia (PSI) merilis hasil survei terkait peta kekuatan bakal calon Gubernur Sumatra Utara (Sumut) untuk Pilkada 2024. Survei ini dilakukan terhadap 1.680 masyarakat Sumut, yang dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling dan memiliki margin of error sebesar ±2,38 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Tujuan utama survei ini adalah untuk merekam kriteria calon kepala daerah yang diinginkan masyarakat serta mengukur popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas para calon. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 81,6 persen masyarakat Sumut menginginkan gubernur dan wakil gubernur yang memiliki kapasitas, wawasan luas, dan kemampuan kepemimpinan yang mumpuni.
Selain itu, 84,7 persen masyarakat memilih calon yang memiliki moralitas tinggi atau akhlaqul karimah sebagai pondasi dalam mengemban amanat dari masyarakat. Sebanyak 60,7 persen responden juga menginginkan calon kepala daerah yang memiliki kemampuan finansial untuk mendukung kegiatan kampanye dan sosialisasi, bukan untuk kepentingan pribadi.
“Kebutuhan biaya menjadi konsekuensi logis bagi calon. Biaya yang dimaksud bukan untuk menyuap masyarakat, namun untuk akomodasi kegiatan kampanye dan sosialisasi,” kata Direktur Eksekutif PSI Mahendra Zaeni dalam keterangan tertulisnya pada Ahad, 4 Agustus 2024.
Survei PSI juga mengukur tingkat popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas para bakal calon kepala daerah Sumut. Hasilnya, Bobby Nasution memiliki tingkat popularitas tertinggi sebesar 89,3 persen, diikuti oleh Edy Rahmayadi dengan 84,6 persen, dan Nikson Nababan dengan 82,2 persen.
Tingkat akseptabilitas tertinggi diraih oleh Nikson Nababan dengan 88,2 persen, diikuti oleh Edy Rahmayadi dengan 70,2 persen, sementara Bobby Nasution memiliki tingkat akseptabilitas terendah sebesar 43,7 persen.
Dalam hal elektabilitas, Nikson Nababan juga unggul dengan 27,2 persen, disusul oleh Edy Rahmayadi dengan 19,3 persen, dan Bobby Nasution dengan 14,2 persen. Nama-nama lain seperti Musa Rajekshah (Ijeck) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berada di bawah 10 persen.
Pada simulasi head-to-head, Nikson Nababan selalu unggul. Dalam simulasi 5 nama bakal calon gubernur, Nikson Nababan mendapat dukungan keterpilihan 27,3 persen, diikuti oleh Edy Rahmayadi 22,8 persen, Bobby Nasution 16,4 persen, Musa Rajekshah 10,4 persen, dan Basuki⁷ Tjahaja Purnama 9,8 persen. Sementara itu, sebanyak 13,3 persen responden tidak memilih.
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para calon juga diukur, dengan Nikson Nababan memiliki tingkat kepercayaan tertinggi sebesar 78,3 persen, diikuti oleh Edy Rahmayadi dengan 77,8 persen, dan Bobby Nasution dengan 46,7 persen.
Penilaian masyarakat ini didasarkan pada pengalaman kepemimpinan para calon, di mana Nikson Nababan memiliki pengalaman dua periode sebagai Bupati Tapanuli Utara, Edy Rahmayadi satu periode sebagai Gubernur Sumut, dan Bobby Nasution satu periode sebagai Walikota Medan.
Zaeni menjelaskan, survei PSI juga memperlihatkan korelasi antara identitas primordial kandidat dan pilihan pemilih di Sumatra Utara. Dari hasil tabulasi survei, Bobby Nasution menguasai Langkat, Binjai, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai.
Nikson Nababan mayoritas dipilih oleh responden di Kota Medan, Karo, Pematang Siantar, Samosir, Nias, dan Tapanuli Utara. Sementara Edy Rahmayadi menguasai Deli Serdang, Langkat, Binjai, dan beberapa kabupaten lainnya.
Survei ini menggambarkan bahwa proporsi keragaman penduduk Sumatra Utara yang terdiri dari berbagai suku dan agama menciptakan kantong etnisitas dan agama yang menjadi dasar bagi masyarakat dalam memilih calon gubernur mereka. Penduduk Sumatra Utara terbagi atas suku Jawa, Batak Toba, Batak Mandailing, Nias, Melayu, dan beberapa suku lainnya, serta mayoritas beragama Islam, Kristen, dan agama lainnya.(*)