JAKARTA (MS) – Sebagian besar pasien COVID-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit ditemukan mengalami gejala neurologis seperti nyeri otot, sakit kepala, kehilangan indera penciuman dan perasa, hingga ensefalopati.
Studi yang dilakukan para peneliti dari Northwestern Feinberg University Feinberg School of Medicine ini menyoroti tingginya frekuensi gejala neurologis pada pasien di rumah sakit. Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal Annals of Clinical and Translational Neurology pada Senin (5/10).
Studi mengamati data rekam medis sebanyak 509 pasien Covid-19 yang dirawat di sembilan rumah sakit di Chicago, Amerika Serikat, sepanjang Maret-April 2020. Sekitar seperempat dari pasien membutuhkan bantuan ventilator.
Sementara dalam perawatan di rumah sakit, jumlah pasien yang mengalami gejala neurologis meningkat jadi 62,7 persen. Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa 82 pasien mengalami gejala neurologis, baik sebelum atau sesudah menjalani perawatan di rumah sakit.Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa 42,4 persen pasien mengalami gejala neurologis sebelum timbulnya gejala inti atau yang lebih parah dari infeksi virus corona. Gejala neurologis ini muncul sebelum mereka dirawat di rumah sakit.
Melansir CNN, berikut beberapa gejala neurologis yang paling sering muncul:
– nyeri otot (45 persen pasien)
– sakit kepala (37,7 persen pasien)
– ensefalopati (32 persen pasien)
– pusing (30 persen pasien)
– terganggunya indera perasa (16 persen pasien)
– berkurangnya indera penciuman (11,4 persen pasien)
Para peneliti juga menemukan bahwa gejala neurologis lebih cenderung dialami oleh pasien berusia muda. Sementara ensefalopati lebih sering terjadi pada pasien berusia lanjut. Ensefalopati merupakan gangguan yang mengubah fungsi atau struktur otak.Data juga menunjukkan bahwa pasien dengan gejala neurologis menjalani rawat inap dalam waktu yang lebih lama dibanding mereka yang tidak disertai gejala neurologis. Pasien yang mengalami gejala ensefalopati secara khusus menjalani perawatan yang lebih lama hingga tiga kali lipat.
Virus SARS-CoV-2 telah lama diketahui dapat menyebabkan komplikasi neurologis seperti radang otak, stroke, dan kerusakan saraf. Studi dari University College London pada Juli lalu menemukan 10 dari 43 pasien mengalami disfungsi otak sementara. Sedangkan 12 pasien mengalami radang otak, 8 pasien mengalami stroke, dan 8 pasien mengalami kerusakan saraf.
Makalah lain yang diterbitkan di The Lancet Psychiatry juga menemukan, pasien yang berusia di bawah 60 tahun bisa mengalami gangguan psikosis, depresi, dan stroke. (CNN Indonesia).